. >>>

07 Juni 2009
Dibaca :

Sikap Politik kami terhadap slogan: LANJUTKAN !


”Kami telah melihat beliau berbicara dan berpidato di hadapan kaum terpelajar, kaum birokrat dan konglomerat serta elit politik. Begitu mengesankan dan berwibawa, karena ia memang sangat terdidik dan terlatih menjual gaya dan wibawa dengan modal postur yang meyakinkan. Seperti yang dia lakukan mengesankan banyak orang, lima tahun lalu.
Kami juga melihat iklan di layar kaca pun begitu membahana, menggambarkan sosok pribadinya yang telah berbuat banyak untuk bangsa ini. Lanjutkan! Katanya.”

Namun, sebesar dan segemilang apapun yang telah dia perbuat untuk bangsa ini sejak lima tahun lalu. Kami mengambil keputusan untuk tidak memilihnya (lagi). Bukan karena Benci ataupun tergiur dengan iming-iming janji kandidat lain.
Kenapa ? Karena kontrak awal yang diberikan hanya 5 Tahun. Dan lima tahun kemarin sudah cukup bagi kami untuk melihat dan menilai sikap dan hasil pekerjaannya. Tidak ada istilah pekerjaan belum selesai! Tidak ada kata-kata LANJUTKAN.

Kenapa ? ya karena kontrak itu tegas dan kejam.
Kami tidak menginginkan kenyataan dikemudian hari bahwa setelah kesempatan kedua yang terjadi malah stagnansi. Karena kami sudah cukup gerah dengan figur beberapa oknum pemimpin di daerah yang menerima kontrak kesempatan kedua, semuanya tidak sebaik pada saat kesempatan pertama. Bukannya semakin baik alih-alih mengubah haluan di tengah jalan sehingga disayangkan beberapa diantaranya berahir di balik jeruji penjara. Mereka berpikir tidak akan ada kesempatan ketiga, sehingga pemimpin di saat ini cenderung melupakan pentingnya nama baik bahkan menghianati si pemberi kontraknya. Kami tertipu dan trauma.

Alasan lain adalah dengan jumlah penduduk yang lebih kurang 150 juta jiwa untuk sebuah bangsa yang sudah merdeka 60 tahun, kami berpikir bahwa negara ini perlu memperbanyak jajaran negarawan- nya. Dalam 60 Tahun sebagai bangsa merdeka sudah berapa seharusnya pemimpin dan negarawan yang kami lahirkan?.

Kami harus katakan bahwa kami tidak ingin mengulangi membayar harga mahal terhadap sejarah dengan mengkultuskan dan mendewakan figur seseorang sehingga menimbulkan masa kesuraman dan perlambatan dalam pertumbuhan karakter kepemimpinan bangsa.
Bangsa yang lebih satu abad merdeka seperti AS pun hanya memberikan kontrak empat tahun rata-rata untuk pemimpinnya. Mereka punya sederetan mantan pemimpin yang punya style dan ritme masing-masing. Kami harus mengakui bahwa Amerika (terlepas dari politik dan hegemoni luar negerinya) telah menjadi bangsa yang besar dan dewasa dalam berdemokrasi. Demikian harapan kami untuk bangsa ini dan para pemimpinnya. Toh, untuk mengukir sejarah atau meninggalkan nama baik seorang pemimpin sejati tidak memerlukan kesempatan kedua.

Jadi maaf saja kami tidak memilih untuk ikut dalam slogan LANJUTKAN. Karena kami adalah ”kaum bangsawan kontrak ” yang haus akan perubahan, percepatan dan kemajuan setelah pernah selama 32 tahun keliru menyianyiakan sejarah. Selama nasib dan kedaulatan bangsa tidak berubah signifikan ke arah yang lebih baik atas kontrak 5 tahun yang kami berikan, maka kami tidak akan pernah mau memberi perpanjangan kontrak.

Kali ini kami akan memberikan kontrak itu kepada kandidat lain. Dan maaf sekali lagi siapapun pemimpin berikutnya, kontraknya jelas ”LIMA TAHUN”. Maka selesaikan tugas dan bagian masing-masing dalam lima tahun, setelah itu persilahkan kepada orang lain. Duduklah kamu dengan manis dan santai untuk menjadi penasehat dan pengkritik bagi penerus kepemimpinan bangsa ini. Karena kami ingin bangsa ini menjadi bangsa yang besar memiliki sederet negarawan dan koleksi kepemimpinan nasional menjelang umur kemerdekaan- nya yang ke ”seratus tahun”. Sehingga dalam refleksi satu abad kemerdekaan bangsa ini kami lebih leluasa memilih nominasi figur yang benar- benar layak dicatat dalam buku sejarah kepemimpinan terbaik bangsa ini.

Inilah sikap kami komunitas bangsawan pemilik saham kemerdekaan negara ini. Kami menyadari bahwa kelak akan mengembalikan kontrak kepada anak cucu kami sang pemilik sejarah setelah 1 abad lamanya. Karena sejarah menunjukkan bahwa eksistensi kematangan dan kedaulatan sebuah bangsa akan diukur setelah satu abad [.]


Ditulis untuk ”simahir.blogspot.com” dalam masa menanti Refleksi 100 tahun Indonesia Merdeka 2046 berdasarkan dialog dengan ”komunitas bangsawan” di segala abad dan segala zaman.

06 Juni 2009






Share





Artikel Lainnya

1 komentar:

sam mengatakan...

benar,,,gak usah dilanjutkan lebih baik dilanjutkan kepada yang lain.

lanjut terus..

Posting Komentar