. >>>

24 Juni 2009
Dibaca :

Berpikir positif versus negatif

Dalam briefing dan rapat rutin yang dilakukan setiap awal minggu seorang teman kerap kali berbicara tentang perlunya berpikir positif terhadap orang lain. Berulang-ulang pada setiap kesempatan substansi pembicaraan selalu terkait dengan hal tersebut. Berpikirlah positif. Sebisa mungkin hindari menaruh prasangka ataupun ragu terhadap sesuatu hal. Apalagi mencurigai orang lain. ”Jangan pernah pesimis terhadap keadaan. Kita pasti bisa merealisasikan target dan rencana yang telah kita buat”, ujarnya dengan berapi-api.

Begitulah suasana awal minggu yang memang dengan kondisi tubuh yang masih fit usai liburan dan bawaan badan yang cenderung masih malas sangat diperlukan penyemangat. Tetapi itu hanya terjadi di awal minggu. Setelah memasuki hari Rabu pola kerja teman saya ini tidak seperti di hari Senin. Datang sering terlambat, itupun tanpa pemberitahuan. Dinas keluar jam kantor juga sembarangan dengan alasan yang tidak seharusnya untuk kapasitas seorang anggota team. Pada kasus-kasus lain juga terlihat apa yang didengung-dengungkan tidak sesuai dengan yang terjadi dalam keseharian.

Awalnya saya memaklumi dan berusaha untuk tidak berpikir macam-macam atas perilaku ini. Tetapi semakin lama saya melihat ini sudah menjadi kebiasaan yang kurang baik dari sang teman. Ajakan untuk selalu berpikir positif justeru menjadi bumerang di dalam pikiran saya. Dengan kebiasaannya yang seperti itu kupikir menimbulkan prasangka dan pemikiran yang negatif dalam pikiran saya. Jangan-jangan apa yang diucapkannya hanyalah kamuflase dan kemunafikan untuk menutupi dirinya yang sebenarnya. Jangan-jangan teman ini yang justeru selalu berfikir negatif terhadap orang lain sehingga merasa perlu mendengung-dengungkan perlunya orang lain untuk berfikir positif. Jangan-jangan ia menilai saya dan teman-teman mencurigai sikap kerjanya yang tidak transparan itu. Nah tentu saja prasangka-nya itu bisa jadi berubah benar.

Kupikir kalau ingin orang lain berpikir positif terhadap diri kita maka tunjukkanlah sikap dan bahasa tubuh yang tidak menimbulkan pikiran macam-macam dari orang lain. Ketika jari telunjuk kita menunjuk orang lain maka empat jari yang lain justeru mengarah ke diri kita sendiri [.]





Share





Artikel Lainnya

2 komentar:

Unknown mengatakan...

yup...harus positif thinking terus dan gak boleh curigation.

Anonim mengatakan...

menarik, contoh riil juga dari apa yang pernah saya baca..saya juga menulis semangkuk gairah bersikap posotif di blog saya, kutipan dari buku motivasi..

Posting Komentar