. >>>

29 April 2010
Dibaca :

Tumagon Matolbak Unang Matolpik

Peribahasa diatas sering diucapkan oleh orangtua dalam suku Batak. Mungkin generasi "MTV" batak jaman sekarang agak sulit mengartikan peribahasa tersebut.




'Matolbak' dan 'Matolpik' pada dasarnya adalah suku kata yang menerangkan kondisi pecahnya sebuah benteng kolam ataupun pematang sawah. Istilah ini dapat juga dipakai pula terhadap barang pecah belah layaknya gelas atau keramik.
"Matolbak" =pecah dalam skala yang besar
"Matolpik" = pecah secuil atau sebahagian kecil
Gelas yang 'matolpik' tentu akan kurang enak dipandang mata, begitupun jika disuguhkan untuk tamu yang akan minum. Juga terhadap gelas yang 'matolbak' tentu tidak dapat dipakai sama sekali.

Kembali ke peribahasa "Tumagon Matolbak unang Matolpik", ini merupakan sebuah ironi dalam sikap dan kebiasaan masyarakat kita.

Pernahkah anda mengalami kondisi gigi berlubang? Ada kecenderungan pada masa-masa awal timbulnya lobang pada gigi kita kerap mengabaikannya dan merasa enggan ke dokter gigi karena alasan biaya. Barulah ketika gigi berlobang tersebut sudah terasa sakit dan berdenyut kita akan uring-uringan mengetuk praktek dokter gigi tanpa kenal waktu dan dengan kesediaan membayar harga berapapun demi menghilangkan derita sakit gigi tersebut.

Sikap seperti ini juga kerap terjadi dalam lingkup masyarakat maupun pemerintah kita. Banyak sarana, prasarana dan fasilitas umum yang cenderung dibiarkan tidak terawat. Banyak juga contoh kasus yang terjadi; kasus banjir bandang di Langkat, kecelakaan pesawat udara, kebakaran hutan seharusnya tidak perlu terjadi apabila masyarakat sadar dan pemerintah menjalankan mekanisme dan anggaran untuk pencegahan bencana.

Saya prihatin dengan kondisi Danau Toba sebagai salah satu ikon dan identitas "Bangso Batak" saat ini. Terlihat tidak ada upaya pemeliharaan dan pelestarian alam dari masyarakat sekitar danau. Yang masih terjadi adalah ekploitasi tak terarah sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan, mungkin mereka tidak salah besar karena mereka harus tetap hidup dan makan.
Saya tidak tahu apakah ada program Pemkab setempat untuk itu. Seharusnya ada konsensus ataupun kolaborasi Pemkab di sekitar Danau Toba untuk membuat program pemeliharaan/penanggulangan dari pencemaran. Lebih baik menyisihkan sedikit beban biaya dari APBD saat sekarang dibanding cost yang lebih besar untuk mengembalikan alam danau toba di masa depan.
Tetapi kembali,siapa yang perduli? sepertinya pribahasa "tumagon matolbak unang matolpik" masih menjadi jargon pilihan.[*]

Prb.28/04/2010
Also available at www.simahir.blogspot.com http://bit.ly/bsPfHg





Share





Artikel Lainnya

1 komentar:

Ghustie Samosir mengatakan...

saya baru denger tuh bahasa bataknya hehee
kalo tentang kondisi danau toba, saya gak bisa bicara banyak karna saya tidak terlalu tau tentang itu dan kebetulan saya tinggal di makassar, tapi artikelnya bagus :)

Regards,

Ghustie Samosir
www.hanyainfo.blogspot.com

Khusus Dewasa Klik Disini atau Disini

Posting Komentar