. >>>

17 Mei 2009
Dibaca :

AYO LESTARIKAN BAHASA BATAK

Kutipan dari Tulisan Charles M. Sianipar
(Permisi ya Pak, saya kutip tulisannya )

BAHASA BATAK TERANCAM PUNAH
Share
24 October 2008 at 00:17

Judul artikel ini bisa dianggap tidak mungkin atau malah sependapat dengan saya.
Karena usia yang masih muda, saya melihat dari dua sisi, orang tua dan generasi muda. Agar bahasa Batak tetap lestari tentunya harus selalu digunakan, minimal diajarkan ke generasi berikutnya, bila proses itu sudah tidak berjalan, terancam punah, sirna.

Kita lihat di kota kota besar, Jakarta, Bandung, bahkan di Medan dan Pematang Siantar, anak anak muda sekarang sudah banyak yang tidak mampu menuturkan bahasa Batak ini dengan baik. Sebagian ada yang masih mampu, tetapi sangat tidak beraturan, sebahagian lagi ada yang mengerti, tapi tidak mampu menuturkannya. Bahkan sebagian orang tua ada yang mengatakan, ai ndang diboto dakdanak on be marhata Batak, nunga tubu dison (dikota) nasida :-(



Melihat kondisi diatas, ada yang salah dalam diri kita.
Menurut si anak mereka tidak salah, mereka menyalahkan generasi diatasnya, orang tua. Orang tua menganggap si anak tidak mau belajar.
Seharusnya orangtua mengajarkan dan melatih si anak dari usia dini agar mampu berbahasa Batak. Sama seperti pembelajaran bahasa disekolah, bahasa Indonesia, Inggris, Mandarin, atau Sunda, mereka dilatih dan diajarkan kosa kata, tata bahasa yang baik & benar.

Pernahkah kita melakukan itu terhadap si anak, atau si anak sama sekali tidak perduli. Bahkan ada dari mereka yang tidak bangga atas jati dirinya, tercerabut dari akarnya.

Belajar bahasa harus senantiasa dilatih dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Dan kita harus ingat, punahnya bahasa dearah dimulai dari rumah pemilik bahasa daerah itu. Kapan itu akan sirna, tergantung pemilik bahasa daerah tersebut, beberapa generasi ke depan, 100 tahun lagi, 75 tahun lagi atau 25 tahun lagi.

Saya pernah menulis suatu artikel di internet , dengan judul Apakah Anda Turut Berperan Memusnahkan Bahasa Batak Toba? dengan beberapa indikator.
Sebagian dari isi tulisan itu saya sampaikan lagi disini.

1. Karena orangtua (Ayah/Ibu) sudah tidak bisa berbahasa Batak lagi.
2. Bila bahasa Batak bukan lagi bahasa yang dominan di rumah. (Punahnya bahasa daerah, dimulai dari rumah pemilik bahasa daerah itu)
3. Bila orangtua tidak mengajarkan anaknya bahasa Batak. Orang tua tidak menyampaikan kepada si anak bila mereka berbahasa Batak, dijawablah dalam bahasa Batak, bila mereka berbahasa asing dijawablah dalam bahasa asing tersebut.
4. Bila Ompung naburjui berkomunikasi dengan pahompu harus menggunakan Bahasa sileban (Indonesia atau Inggris) biar pahompu yang manis manis ini mengerti.
5. Bila si anak mengatakan: “Saya sudah lahir, besar di (Medan, Jakarta, Bandung, Jogja, dll) sudah tidak bisa berbahasa Batak lagi.” Dan mereka sangat bangga mengatakan itu. Orang Belanda ratusan tahun tinggal di Batavia, tetap saja berbahasa Belanda. Orang China, India, dll begitu juga. Orang Jawa direlokasi ke Sumatra, malah tetangganya yang Batak jadi berbahasa Jawa.
6. Bila si anak ditanya dalam bahasa Batak, Di dia hutam, Aha Margam? Ise Goarmu? langsung error tidak nyambung. Tapi bila ditanya: “Kamu orang apa?” dia akan menjawab dengan mantap “Orang Batak”.
7. Bila anak anak di rumah lebih fasih berbahasa asing (Inggris, Mandarin atau bahasa daerah yang lain) dibanding berbahasa Batak. Padahal menguasai banyak bahasa tidak ada ruginya, termasuk bahasa Batak itu sendiri.
8. Jika ponakan; bere, paraman, maen, anak kakak, anaknya adik tidak mampu juga
9. Bila naposo ini mengatakan: Ngerti seh … tapi nggak bisa ngomongnya.
10. Ketika orang orang muda ini berkata “Proud to be Batak” tapi tidak bisa ngomong.
11. Bila kita beranggapan, kalau libur sekolah, anak anak mau dikirim ke kampung untuk belajar bahasa Batak. (Kenyataan, dikampung, anak anak sekarang sudah tidak berbahasa Batak lagi)
12. Bila orangtua menganggap: “Hare gini … … anak anak diajari Bahasa Batak”
13. Bila kita mandok hata (berbicara) dalam suatu acara keluarga/pesta, ada yang teriak: “Pake bahasa Indonesia saja, biar anak-anak pada ngerti.”
14. Bila anaknya tokoh adat, raja parhata, yang rajin ke pesta dan perduli dengan urusan adat, tapi anak anaknya tidak mampu berbahasa Batak dengan baik.
15. Saat kita berkomunikasi dengan lawan bicara kita halak hita (orang kita Batak), dia reply dalam bahasa lain yang lebih dominan
16. Ketika orang Batak merasa malu berbicara dalam bahasa Batak di keramaian, tempat umum saat bertemu dengan halak hita.
17. Kesulitan membaca tulisan dan banyak tidak dimengerti tulisan yang dimuat dalam bahasa Batak seperti yang ditulis di Blog TanoBatak.
Sekarang kita sulit mengucapkan hata Batak yang halus, bahkan cara menuliskannya, apalagi aksaranya, sudah duluan hilang, dihilangkan. Pergi entah kemana, mago (punah).

Apakah bahasa Batak itu akan kita biarkan, terancam punah? Sebaiknya kita sedih bila itu sampai terjadi. Hanya ada satu cara sederhana mencegahnya dan langsung bisa kita terapkan. Jadikan bahasa Batak menjadi salah satu bahasa pengantar di rumah. Kita mulai dari rumah sendiri, orang tua terhadap anak dan sebaliknya, upayakan dibalas dalam bahasa Batak, kita lakukan setiap hari, nantinya akan terbiasa dan bisa. Lakukan juga, di arisan, atau lingkungan halak hita diluar rumah. Krim SMS, email dalam bahasa Batak terutama terhadap anak muda. Ditulis dengan benar juga.

Bila kita tidak mampu melakukan itu, jangan harap orang lain akan melakukan pelestarian bahasa Batak. Jadikan anak anak itu, hela, parumaen, cucu, bere mampu berbahasa Batak.

Anak anak & Nico Siahaan

Anak anak disebelah Nico Siahaan ini, sejak usia dini saya latih berbahasa Batak, kosa katanya semakin bertambah.

Akan saya ajari mereka mampu berbahasa Batak dan mahir berbahasa asing lainnya, tumbuh menjadi Batak Keren, agar bahasa Batak tidak punah di rumahnya kelak.

--- --- ---
Punahnya bahasa daerah dimulai dari rumah pemilik bahasa daerah tersebut.


Dirumah kami, saya pastikan bahasa Batak tidak akan punah. Setiap hari mereka saya latih. Anak anak mahir beberapa bahasa, bahkan si kakak berprestasi pada lomba bahasa asing. Tapi saya katakan pada mereka, Papa lebih bangga bila kalian, mampu juga berbahasa Batak. Saya ingatkan, mereka tidak bisa jadi Badui, tidak bisa juga jadi Jahudi. Tidak bisa jadi Bugis dan tidak bisa jadi Prancis, jadilah Batak Keren, mampu berbahasa Batak dan bahasa asing lainnya.

Semoga artikel sederhana ini dapat mengingatkan kita, menjaga agar bahasa Batak dan bahasa daerah lainnya di Indonesia tetap lestari.


Charlie M. Sianipar





Share





Artikel Lainnya

1 komentar:

Herlan Hutahaean mengatakan...

Horas amang. Las situtu rohangku di sintasinta ni rohamuna taringot tu hata Batak. Au pe, dohot do holsoan beha do ulaning pamangke ni hata Batak on di pudian ni ari. Ai torop do hubege na marhata Batak di bona pasogit, alai ndang haru singkop be sude hatana i hata Batak. Nga sai marsolotan sadasada hata na asing (isara ni hata Indonesia). Hape, sasintongna arta na arga do hata Batak i di hita sian Tuhanta.
Ai hupanghilalahon, ndang talu hata Batak sian angka parhataan na asing, isara ni hata Indonesia, Inggris, Heber dohot Gorik. Ai mora do hata Batak i : asing ni angka hata na somal, adong Umpama/Umpasa, hulinghulingansa dna. Gariada, godang angka pandohan di hata Batak i na so boi nilapathon (diterjemahkan) tu parhataan na asing.
Jadi, mulai di tingki marsikola au di STT HKBP Pematangsiantar, huhapadothon do papungupunguhon angka buku na marhata Batak. Ninna rohangku, atik so sanga tingkingku mangajarhon tu angka dakdanak di jabu hinorhon ni ronsot ni siulaon nga adong buku na marhata Batak sipajahajahaonnasida. Jala ala pandita do ahu, ba molo marjamita niusahahon ma apala tung hontot hata Batak i laho patolhas jamita. Ihut tusi muse, ingkon gogoanta do patupahon angka siguriton na marhata Batak, ai i do sada dalan pararathon hata Batak i. Horas ma.
Pdt Herlan Hutahaean STh
Anggota KPU Tobasa.

Posting Komentar